Subscribe:

Pages

Monday 22 October 2012

Catatan Perjalanan II



Di dalam kereta, seorang bapak berkemeja Biru (sebut saja B), bertanya tentang arah jalan pada seorang berpakaian tentara yang berdiri di sampingnya (sebut saja T). Dia bertanya stasiun mana yang paling dekat dengan Bundaran HI. Kemudian T menyebut nama salah satu stasiun yang akan dilewati oleh kereta tersebut. T juga menyebutkan nomor bus yang bisa dinaiki B untuk mencapai  Bundaran HI  setelah turun di stasiun tersebut. Pembicaraan itu terlihat semakin mengalir, hingga ada seorang bapak berpakaian cokelat (sebut saja C) berkata kepada B, “Pak, tangannya ga bisa diam ya?”.  Kebetulan posisi C pada saat itu berada di samping kiri B, dan kondisi tangan B pada saat itu, tangan kanan memegang “holder gantung” di kereta, dan tangan kirinya dilepas. Seketika itu juga, saya yang berada di samping kanan belakang B, langsung memasang posisi tangan menjaga kantong sebelah kiri saya yang terdapat handphone di dalamnya.

Sepenggal kejadian di dalam kereta tersebut menyiratkan sesuatu di benak saya. Terkadang penilaian (awal) kita terhadap seseorang, mudah sekali dipengaruhi oleh penilaian orang lain. Kalimat yang disebutkan C menyiratkan bahwa B memiliki niatan yang tidak baik di dalam kereta, dan kemudian menimbulkan respon bersiap siaga pada diri saya. Saat itupun, di benak saya terpikir, “kenapa pertanyaan B begitu mendasar? Padahal biasanya orang yang naik kereta pagi hari adalah orang2 yang memang sehari-harinya naik kereta, terlebih dia terlihat seperti karyawan.” , atau, “ kenapa B tidak menaiki kendaraan yang biasanya? Bukankah ini akan membuat dia lebih lama sampai di kantornya? (karena tidak terbiasa)”, dan pertanyaan-pertanyaan menyelidik lain yang intinya ingin memastikan, kenapa B bisa berada di kereta itu. Kemudian, saya bertanya pada diri sendiri, apakah penilaian saya terhadap B itu adil? Padahal B belum melakukan tindakan yang buruk atau mencurigakan terhadap saya...

Stasiun Tebet
Selasa, 23 Oktober 2012, 06.50